Mbah Uti pernah bercerita bahwa dulu mbah Kakung saya hampir saja ditembak oleh Belanda di Irian Barat.
.
Tentara RI dibariskan dan mbah Kung saya berada paling depan siap menerima eksekusi tembak. Namun tiba-tiba barisan tersebut dibalik kanankan sehingga posisi mbah Kung saya menjadi yang paling belakang.
.
Belum sampai tiba giliran kepada mbah Kung, mereka semua diselamatkan tentara RI lainnya yang datang kemudian.
.
Waktu itu mbah Uti baru saja mempunyai anak pertama. Sebagai istri seorang tentara harus kuat mental, begitu katanya. Dan keajaiban di Irian Barat selalu ia ingat & syukuri.
.
Belum lagi jika rombongan para tentara pulang dari berperang, dan beberapa jenazah berjejer di lapangan Kalisari. Para istri berharap salah satunya bukanlah suami mereka.
.
Tentang lapangan Kalisari tersebut letaknya di kompleks perumahan Kesdam Kel.Barusari, Kec.Semarang Selatan. Konon lapangan itu angker berdasarkan cerita mbah Uti, pakde, budhe, om, tante, & ibu saya sendiri yang sejak kecil tinggal di kompleks tersebut.
.
Saya pun punya kenangan tersendiri tentang lapangan Kalisari, jika sore hari lapangan tersebut dipenuhi orang yang bermain bola. Saya biasanya duduk di pinggir lapangan, di dudukan yang sudah ada yang berada di pintu masuk menuju lapangan. Rumah mbah Uti hanya 50m dari lapangan.
.
Malam hari memang lapangan tadi terlalu gelap serta menakutkan untuk saya yang waktu itu masih kanak-kanak.
.
Sekarang lapangan tadi nampak jauh beda dengan yang terekam di ingatan saya semasa kecil. Lapangan Kalisari sekarang terlihat kumuh & sempit.
.
Kembali lagi kepada para istri tentara yang menanti dengan was-was kepulangan suami mereka seusai bertugas, berharap suami mereka pulang dalam keadaan sehat walafiat. Saya sendiri tidak sanggup untuk membayangkan jika saya menjadi mereka. Hati mereka sekuat baja, mereka adalah para istri seorang abdi negara-tentara.
.
Namun kekaguman saya bukan hanya kepada mereka para istri tentara. Saya mempunyai seorang teman yang ayahnya adalah seorang pelaut. Ayahnya pulang setahun sekali, dan selama itu ibunya sendirian menjaga ketiga anaknya.
.
Saya sendiri jika ditinggal kerja suami ke luar kota hanya beberapa hari saja selalu mengirim pesan singkat "cepat pulang, kangen". Ish ish ish.
.
Padahal seorang pelaut tidak selalu bisa dikirimi pesan apalagi ditelpon. Dan istri pelaut tidak selalu bisa curhat kepada suaminya tentang hari-hari yang kadang berat ia lalui.
.
Saya menceritakan ini sebenarnya untuk mengingatkan diri saya sendiri. Bahwa di luar sana banyak perempuan berhati baja yang dengan ikhlas menjalani kehidupan mereka sebagai istri. Maka saya harus lebih banyak bersyukur bahwa selalu bisa ditemani suami, selalu bisa curhat, bercanda, & bergantian momong anak-anak.
.
Bahwa setiap pekerjaan suami pasti ada resikonya. Maka jangan durhaka kepada suami. Jangan sakiti hatinya dengan berwajah muram di depannya, atau berkata-kata yang menyinggung perasaannya.
.
Salam hangat kepada para istri yang kuat;
Yang rela berjauhan dengan suami demi masa depan anak-anak.
Yang ikhlas dan tabah menjadi seorang istri dari suami yang sangat beresiko dalam pekerjaannya.
Yang tangguh ikut bekerja demi membantu perekonomian keluarga.
Yang bersabar jika saat ini suaminya sedang tidak bekerja, sedang mencari kerja, atau sedang tidak baik dalam pekerjaannya.
.
Salam hormat kepada para suami yang bekerja sekuat tenaga demi istri dan anak-anaknya. Sebagai tentara, pelaut, polisi, guru, wartawan, pelukis, mantri, pegawai bank dan lainnya.
Semoga Allah selalu melindungi langkah bapak-bapak mulai dari keluar rumah, seharian di jalanan, di kantor, di gua, di laut, di depan komputer, di depan meja operasi, dan lainnya.
.
Hanya Allah Maha Pelindung.
Bantul, 29-3-2017.
.
Tentara RI dibariskan dan mbah Kung saya berada paling depan siap menerima eksekusi tembak. Namun tiba-tiba barisan tersebut dibalik kanankan sehingga posisi mbah Kung saya menjadi yang paling belakang.
.
Belum sampai tiba giliran kepada mbah Kung, mereka semua diselamatkan tentara RI lainnya yang datang kemudian.
.
Waktu itu mbah Uti baru saja mempunyai anak pertama. Sebagai istri seorang tentara harus kuat mental, begitu katanya. Dan keajaiban di Irian Barat selalu ia ingat & syukuri.
.
Belum lagi jika rombongan para tentara pulang dari berperang, dan beberapa jenazah berjejer di lapangan Kalisari. Para istri berharap salah satunya bukanlah suami mereka.
.
Tentang lapangan Kalisari tersebut letaknya di kompleks perumahan Kesdam Kel.Barusari, Kec.Semarang Selatan. Konon lapangan itu angker berdasarkan cerita mbah Uti, pakde, budhe, om, tante, & ibu saya sendiri yang sejak kecil tinggal di kompleks tersebut.
.
Saya pun punya kenangan tersendiri tentang lapangan Kalisari, jika sore hari lapangan tersebut dipenuhi orang yang bermain bola. Saya biasanya duduk di pinggir lapangan, di dudukan yang sudah ada yang berada di pintu masuk menuju lapangan. Rumah mbah Uti hanya 50m dari lapangan.
.
Malam hari memang lapangan tadi terlalu gelap serta menakutkan untuk saya yang waktu itu masih kanak-kanak.
.
Sekarang lapangan tadi nampak jauh beda dengan yang terekam di ingatan saya semasa kecil. Lapangan Kalisari sekarang terlihat kumuh & sempit.
.
Kembali lagi kepada para istri tentara yang menanti dengan was-was kepulangan suami mereka seusai bertugas, berharap suami mereka pulang dalam keadaan sehat walafiat. Saya sendiri tidak sanggup untuk membayangkan jika saya menjadi mereka. Hati mereka sekuat baja, mereka adalah para istri seorang abdi negara-tentara.
.
Namun kekaguman saya bukan hanya kepada mereka para istri tentara. Saya mempunyai seorang teman yang ayahnya adalah seorang pelaut. Ayahnya pulang setahun sekali, dan selama itu ibunya sendirian menjaga ketiga anaknya.
.
Saya sendiri jika ditinggal kerja suami ke luar kota hanya beberapa hari saja selalu mengirim pesan singkat "cepat pulang, kangen". Ish ish ish.
.
Padahal seorang pelaut tidak selalu bisa dikirimi pesan apalagi ditelpon. Dan istri pelaut tidak selalu bisa curhat kepada suaminya tentang hari-hari yang kadang berat ia lalui.
.
Saya menceritakan ini sebenarnya untuk mengingatkan diri saya sendiri. Bahwa di luar sana banyak perempuan berhati baja yang dengan ikhlas menjalani kehidupan mereka sebagai istri. Maka saya harus lebih banyak bersyukur bahwa selalu bisa ditemani suami, selalu bisa curhat, bercanda, & bergantian momong anak-anak.
.
Bahwa setiap pekerjaan suami pasti ada resikonya. Maka jangan durhaka kepada suami. Jangan sakiti hatinya dengan berwajah muram di depannya, atau berkata-kata yang menyinggung perasaannya.
.
Salam hangat kepada para istri yang kuat;
Yang rela berjauhan dengan suami demi masa depan anak-anak.
Yang ikhlas dan tabah menjadi seorang istri dari suami yang sangat beresiko dalam pekerjaannya.
Yang tangguh ikut bekerja demi membantu perekonomian keluarga.
Yang bersabar jika saat ini suaminya sedang tidak bekerja, sedang mencari kerja, atau sedang tidak baik dalam pekerjaannya.
.
Salam hormat kepada para suami yang bekerja sekuat tenaga demi istri dan anak-anaknya. Sebagai tentara, pelaut, polisi, guru, wartawan, pelukis, mantri, pegawai bank dan lainnya.
Semoga Allah selalu melindungi langkah bapak-bapak mulai dari keluar rumah, seharian di jalanan, di kantor, di gua, di laut, di depan komputer, di depan meja operasi, dan lainnya.
.
Hanya Allah Maha Pelindung.
Bantul, 29-3-2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar