Kamis, 06 Juli 2017

Menciptakan Ramadhan yang Menyenangkan untuk Anak-anak.






Masih begitu membekas di ingatan saya segala hal yang menyenangkan di bulan Ramadhan sewaktu saya kecil dulu. Misalnya ketika tiba waktu sahur, Ibu saya selalu mengetuk pintu tetangga pada pukul 02.30 wib supaya mereka tidak telat memasak. Itu dilakukan siapa saja yang lebih dulu bangun. Tapi beberapa kali justru pintu rumah saya yang diketuk tetangga.

Ada kejadian lucu ketika ibu saya mengetuk pintu rumah tetangga dengan penuh semangat. Pintu rumah tetangga itu memang masih tertutup. Lampu ruang tamunya juga mati. Tapi dari dalam rumah terdengar teriakan, “Uwis (sudah) buuuu!!!.”Mereka ternyata sudah bangun. Ibu dan tetangga pun tertawa bersama.

Setelah itu para pemuda komplek ramai berkeliling menabuh kaleng bekas, gendang, sambil berseru dengan nada yang indah. “Sahuuur, sahuuur! Sahuuur, sahuuur!”

Setelah sahur saya dan adik sholat subuh di mushola. Sholat subuh yang hanya kami lakukan di mushola pada bulan Ramadhan. Langit masih gelap. Angin terasa dingin. Suasana itu memberi kesan menarik dan syahdu bagi kami. Selepas sholat subuh kami bermain dengan anak-anak lain seperti bersepeda atau jalan-jalan keliling komplek hingga matahari terbit atau tiba waktunya bersiap untuk berangkat sekolah.

Buka puasa pun menjadi waktu yang menyenangkan. Kami bisa makan sebanyak-banyaknya dan sekenyang-kenyangnya. Selalu  ada menu favorit anak-anak yaitu es kolak, es buah, es sirup.

Sholat tarawih adalah kegiatan penutup kami. Kami akan berebut berangkat lebih awal hanya supaya bisa menempati saf belakang. Bercanda dengan teman-teman ketika sholat pada waktu itu sangat menyenangkan seperti saling menarik mukena, menyenggol, menggoda, mengobrol. Namanya juga belum baligh, masih anak-anak, jadi wajar kan ya begitu? Hehe.

Seusai sholat kami antri meminta tanda tangan imam dan khatib untuk melengkapi buku kegiatan Ramadhan. Buku itu nanti akan mendapat penilaian dari bapak-ibu guru seberapa rajin kami beribadah pada bulan Ramadhan. Sebenarnya lucu sih, kami jadi sedikit terpaksa melakukan ibadah hanya karena nanti akan dinilai guru. Sepertinya sekarang sudah tidak ada ya buku kegiatan Ramadhan yang membuat anak-anak antri tanda tangan.

Tahun pun berganti. Lama kelamaan kebiasaan pemuda komplek yang keliling untuk membangunkan orang sahur berkurang dan menghilang. Saya selalu merindukan hal itu. Namun sampai saya mempunyai 2 orang anak dan tinggal di lingkungan baru, saya tidak pernah menemukan hal seperti itu lagi.

.....

Ramadhan 2017

Ramadhan ini adalah Ramadhan ketiga yang saya jalani bersama keluarga di perumahan baru kami.  Ramadhan pertama belum ada kegiatan di mushola kami. Ramadhan kedua mulai ada kegiatan takjilan untuk anak-anak.

 Ramadhan ketiga mulai ada panitia yang mengkoordinasi kegiatan takjilan di mushola. Sehingga takjilan tidak hanya menyediakan makanan dan minuman berbuka untuk anak-anak, tetapi juga memberikan materi pengetahuan tentang agama pada mereka.

Tidak ada yang menyeru sahur sambil berkeliling. Tidak ada yang saling mengetuk pintu. Tidak ada anak-anak yang bersepeda atau berjalan-jalan selepas subuhan ketika langit masih gelap. Beberapa kenangan masa kecil saya tidak ada di sini.

Namun tidak mengapa, Ilham begitu menyukai suara Mbah Karsono tetangga kami yang selalu menyeru membangunkan sahur tiap pukul 03.00 wib lewat speaker di mushola. Nadanya Mbah Karsono bahkan begitu persis ditirukan Ilham.

 Dan juga kegiatan takjilan di mushola kami, saya pikir cukup untuk memenuhi memori anak-anak tentang indahnya Ramadhan.

Kegiatan takjilan di mushola ini sangat memberi manfaat dan kesenangan kepada anak-anak.

  1. Anak-anak mendapatkan waktu dan tempat untuk bertemu, saling mengenal, berkumpul, bercanda, dan bermain dengan teman-temannya.

Kegiatan dimulai pukul 16.30 wib. Sebelum itu sudah ada beberapa anak yang berkumpul di depan mushola untuk bermain-main. Mendekati jam masuk beberapa anak-anak bergantian mengumumkan lewat mikrofon untuk mengundang teman-teman lain. Mereka tampaknya menyukai aktivitas ini. Jarang-jarang kan ya mereka bicara pakai mikrofon dan suaranya terdengar lewat speaker.

Dan beginilah kalimat wajib yang disampaikan oleh mereka. “Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh... teman-teman...yang masih ada di rumah... segera datang ke mushola Griya Kembang Putih yaa... sekali lagi... yang masih ada di rumah... segera datang ke mushola Griya Kembang Putih. Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.” Nadanya khas nada anak-anak. Gemes.

Anak saya yang pertama, Ilham (4 tahun 4 bulan), sangat menunggu sore tiba untuk takjilan. Tentu saja untuk bertemu dan bermain dengan teman-temannya. Hal ini membuat waktunya padat. Ia dapat melupakan rasa lapar dan bisa menyelesaikan puasanya sampai Maghrib. Ilham puasa setengah hari. Azan Duhur ia berbuka, lalu melanjutkan lagi puasa sampai Maghrib. Baca juga : http://uningsepti.blogspot.co.id/2017/07/anak-belajar-puasa-orang-tua-harus.html

Anak saya yang kedua, Ilma (22 bulan), pun sering saya ajak menikmati keriuhan sore hari di mushola menjelang berbuka. Saya usahakan sesering mungkin berangkat ke mushola karena saya tidak ingin anak-anak saya melewatkan pengalaman menyenangkan ini. Saya ingin Ilma belajar bersosialisasi, belajar tidak takut bertemu orang banyak, dan supaya Ilma tidak bosan hanya di rumah saja. Saya ingin menunjukkan pada anak-anak bahwa kegiatan di bulan Ramadhan itu menyenangkan. Ramadhan itu seru! Tahun depan Ilma sudah hampir 3 tahun, Insya Allah sudah lebih paham dan menyukai kegiatan ini.  

  1. Anak-anak belajar tentang Islam di bulan Ramadhan.

Kegiatan takjilan ini berlangsung selama 28 hari. Beberapa warga mendapat giliran piket dan memberikan materi kepada anak-anak. Materi yang diberikan kepada mereka berupa bacaan surat-surat pendek, latihan azan, belajar tentang kebiasaan baik misal sebelum makan dan minum, mendengarkan kisah para nabi, berhitung dalam bahasa arab, juga yel-yel. Selama 28 hari itu tentu pengetahuan anak-anak bertambah, sedikit atau banyak tidak masalah, yang penting bertambah.

Saya berkesempatan memberi materi untuk anak-anak tersebut. Awalnya saya bingung apa ya yang bisa menarik fokus dan perhatian mereka? Saya pun menggunakan buku!  Jika hanya mendengarkan cerita, sebagian anak-anak akan bermain sendiri.

Namun jika menggunakan buku perhatian mereka akan lebih fokus. Seusai saya membacakan satu lembar, saya akan mengangkat buku itu dan menunjukkan kepada anak-anak. Mereka rupanya sangat bersemangat untuk melihatnya. Pada dasarnya anak-anak suka dongeng dan mereka suka didongengi. http://uningsepti.blogspot.co.id/2017/01/manfaat-mendongeng-untuk-anak.html

Sayangnya buku Islam anak-anak saya yang bergambar hanya 5, berjudul Kisah Nabi Musa as, Kisah Nabi Nuh as, Nabi Yunus as, Aku Tahu Siapa Nabiku, dan Aku Mengenal Al-Qur’an. Semoga tahun depan saya punya lebih banyak buku bergambar tentang Nabi untuk diceritakan kepada anak-anak. Buku itu pun bisa digunakan Bapak/Ibu lain untuk bercerita pada mereka.

Selain itu, saya membuat prakarya warna-warni yang saya harapkan bisa membuat anak-anak senang dan semakin rajin berangkat ke mushola.

Ramadhan tahun depan semoga pemberian materi semakin beragam, semakin menarik, dan terjadwal dengan baik. Amin.





  1. Anak-anak merasakan suasana kebersamaan yang menyenangkan.

Beberapa menit sebelum azan Maghrib, anak-anak mulai dibagikan makanan untuk berbuka. Mereka belajar antri untuk mendapatkannya. Menu berbukanya kadang  makanan kecil kadang makanan besar. Setiap hari menunya ganti-ganti. Anak-anak tentu tidak bosan. Dan minuman yang disediakan berupa teh instan dalam wadah gelas atau botol yang tentu sangat disukai anak-anak.

Nah, ini bisa menjadikan masukan untuk ibu-ibu komplek bahwa sesekali diselingi teh hangat asli buatan sendiri supaya lebih sehat. Meskipun bakal repot dalam hal persiapan dan harus mencuci gelasnya setelah itu. Apalagi kami para ibu muda kebanyakan tidak punya ART, jadi membayangkannya sudah ribet. Tapi tidak ada salahnya dicoba dan dibicarakan lebih lanjut lagi oleh panitia.

Lanjut tentang anak-anak lagi ya... setelah mendapatkan makanan dan minuman mereka duduk di halaman mushola sambil menunggu azan Maghrib. Anak-anak kemudian berdoa bersama dan memulai menyantap makanannya.

Langit mulai gelap. Suasana bertambah syahdu. Saya mengamati mereka yang tengah sibuk dengan makanannya.  Semoga kebersamaan itu membekas di hati dan ingatan mereka. Ramadhan yang seru!  Ramadhan yang menyenangkan! Ramadhan yang penuh kebersamaan!

Sampai bertemu dengan Ramadhan yang indah tahun depan.  

Foto diambil pada hari terakhir takjilan, beberapa anak sudah mudik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar