Sabtu, 31 Desember 2016

Menjadikan Media Sosial sebagai Sarana Penyambung Silaturahmi

Tadi pagi, seorang kawan lama-satu kantor dulu menghubungi saya lewat bbm. Saya mengenalnya 2007, sempat putus hubungan beberapa tahun, lalu tersambung kembali sekitar 2013. Beberapa waktu belakangan kami tidak pernah bbm-an, maka pesan darinya membuat saya kaget.

"Bue, apa kabar? Ak follow tulisanmu di FB lho... Follow baca maksudnya. G plng Semarang lg?" saya copy pesannya disini atas ijin kawan saya tersebut.

Saya mengatakan bahwa saya kangen padanya, namun karena dia tidak pernah bbm saya maka saya mengira dia sombong.

"Ak ga sombong yo bu, ak jg takut gangu waktumu tp dirimu update trus tulisane dowo banget. Wkwkwk." begitu jawabnya.

Saya tertawa membaca pesannya. Saya menyimpulkan bahwa kawan saya itu akhirnya tidak jadi 'takut mengganggu waktu saya' karena dia tahu waktu saya longgar. Darimana dia tahu waktu saya longgar? Tentu dari setatus saya di fb yang 'sering dan panjang'. Hehe.

Saya senang sekali dia membaca cerita-cerita saya di fb. Saya tidak tahu sebelumnya, karena dia sama sekali tidak pernah memberi like atau komen. Darimana saya tahu dia sering membaca cerita saya?

Karena saya sering 'bercerita' dan dia sering 'membaca' akhirnya komunikasi kami tersambung kembali. Dan bukan hanya dengan kawan saya itu saja, saya juga merasa tersambung kembali dengan kawan-kawan yang lain. Kawan semasa sekolah yang tidak pernah dekat bahkan tidak pernah ngobrol sebelumnya, sekarang jadi saling berbalas komentar. Dengan kawan-kawan yang sudah akrabpun akhirnya menjadi lebih akrab. Apalagi jika beberapa kawan berkomentar mengalami hal yang sama, wah!!! saya senang sekali.

Sebagai Ibu Rumah Tangga, komunikasi saya terbatas hanya dengan suami, anak-anak, orang tua, mbak penjual sayur dan beberapa tetangga yang kadang main ke rumah atau saya main ke rumahnya, namun itupun jarang. Dengan bercerita di fb, jangkauan saya lebih luas. Dan akhirnya komunikasi saya tidak hanya sekitar rumah. Saya baru saja dibuatkan blog oleh suami.

Kembali lagi ke kawan lama saya tadi, yang mengatakan saya sering update dan tulisan saya panjang. Saya memang jadi ketagihan bercerita. Bercerita membuat hati saya senang dan terhibur. Bercerita membuat saya berlatih menulis. Oleh karena itu saya sering update setatus berisi cerita saya.

Dan tulisan saya memang panjang, karena banyak yang ingin disampaikan maka jadilah berparagraf-paragraf. Saya berterimakasih pada kawan-kawan saya yang membaca cerita saya sampai ada sesion 1 dan 2 atau bersambung. Disambi momong anak dan kerja. Terimakasih sudah mau membaca cerita saya yang panjang ya, teman.

Sebenarnya waktu saya tidak selonggar itu. Saya tidak langsung mengetik di kolom fb, saya mengetik dan menyimpan di hape saya terlebih dahulu. Seperti kali ini, saya mulai mengetik pukul 9 malam. Setelah anak-anak tidur.

Kebanyakan cerita saya atau cerita tentang isi buku yang saya baca tidak serta merta sekali ketik langsung jadi. Sayapun 'bersambung' dalam mengetik. Malam hari saya mulai bisa leluasa mengetik. Lalu di tengah-tengah sedang mengetik Ilma nangis maka sayapun memberi ASI dan ketiduran. Dini hari saya terbangun dan lanjut mengetik. Kalau tidak kuat melek ya tidur lagi sampai pagi


Saya lanjut mengetik setelah anak-anak sarapan dan mandi. Itupun masih ada iklan kalau Ilma pengennya nempeeel aja seperti perangko.

Setelah jadi, saya baca berulang-ulang. Saya peringkas tulisan saya, saya potong beberapa kalimat supaya tidak terlalu panjang dan membuat lelah yang membaca. Saya pastikan tidak salah memberi tanda baca dan tidak salah mengetik kata, sehingga membuat nyaman yang membaca.

Tapi ada hal-hal yang saya tidak tahu, misal saya salah dalam menulis 'pull travel' harusnya 'pool travel'. Juga menulis 'telfon' harusnya 'telepon'. Hihi. Dan banyak lagi yang lainnya. Jadi mohon dimaafkan.

Kenapa saya seniat itu dalam bercerita? Kenapa harus ada sesion 1,2 dan 3 dalam mengetik? Kenapa harus dibaca berulang-ulang baru dishare di fb? Entahlah, mungkin itulah kesenangan saya. Semoga kawan-kawan juga senang membaca cerita saya selama ini.

Bantul, 27-12-2016, 11.02 pm
Kali ini cukup 2 jam menulisnya
Salam kangen
Mari jalin silaturahim
Ayo bercerita

Ilham dan Wayang Kulit, Mengenalkan Anak Pada Budaya Bangsa


Berawal dari pertanyaan Ilham ke Ayahnya dalam perjalanan melewati Sukoharjo - 9 Oktober 2016. Ilham melihat Toko Emas yang depannya ada gambar wayang Semar.
Ilham : "Yah, itu apa?"
Ayah : "Itu wayang Semar"
Lalu perjalanan berlanjut, Ilham melihat patung Pandawa di Klaten.

Sesampai di rumah, ayah memberikan 2 buku lamanya Koleksi Wayang Museum Sonobudoyo. Dengan judul : 'KSATRIA' & 'WaCinWa' (silang budaya Cina - Jawa).

Di Pati, pada malam hari ketika kami mencari makan, kami melewati banyak ornamen lampu berbentuk wayang.
Ilham antusias : "Yah, Yah, wayang Yah"
Begitu terus diulang-ulang.
Ilham : "Nanti aku beliin wayang ya,Yah" itu 24 Oktober 2016.

Rabu kemarin 2 November 2016 Ayah pulang kerja bawa oleh-oleh wayang untuk Ilham. Dan dia sudah akan tidur.
Saya panggil : "Ham, Ayah pulang bawa wayang Ham"
Matanya melebar, bangun dan turun dari kasur sambil bilang : "Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah. Wayang. Wayang."
Adiknya yg sudah tidur jadi bangun. Dan mereka berdua tertawa bermain wayang kulit Khrisna pemberian Ayah.
Trimakasih, Ayah...

Ular Hijau Berekor Merah



Ular hijau berekor merah yang tadi sore 15.30 tiba-tiba ada di taman rumah saya bernama Trimeresuresus Albolabris Insularis.

Saya dan suami sore itu sedang memasang fiber di pagar. Pertama yang kami pasang adalah pagar di depan taman. Saya memilih posisi pojok karena tempatnya yang sempit dan banyak batu. Saya tidak mau nanti suami terpeleset di situ. Karena suami Sembilan bulan lalu baru saja mengalami patah tulang rusuk, jadi saya menjaganya supaya tidak terpeleset.

Di sebelah saya ada pohon kelor yang masih ramping, tapi daun kelornya sudah tumbuh banyak. Batang kelor tersebut adalah pemberian tetangga. Sebelahnya lagi pohon pepaya dengan bakal buah yang masih imut. Sebelahnya lagi ada pot dengan daun-daun yang rimbun. Saya tidak tahu tanaman apa itu. Yang menanam neneknya Ilham.

Lalu suami saya berdiri di pinggir di sebelah pot tersebut dengan dasar lantai plester. Ada setengah jam lebih kami disitu. Tukar posisi juga kami lakukan.

Pada tahap mengikat tali terakhir terakhir, saya berada di sebelah pot. Suami yang duduk di teras bilang : "Potnya nenek kok jatuh? Rusak daunnya."
Saya jwb : "Aku nggak nyenggol kok, yah. Wah, sayang ya.. Rusak." Lalu saya lanjut lagi.

Setelah selesai, suami mengambil pot dari taman dan menaruhnya di lantai plester, serta memegang daunnya. Lalu saya melihat ada warna lain, warna hijau lebih terang dan mengkilap. Saat itu juga suami bilang dengan suara tenang : "Ada ular, Mi."
Saya ambil sapu dan saya berikan ke suami. Awalnya suami mengangkat ular itu dari daun. Lalu saya bilang : "Yah, bunuh saja."

Saya hanya berpikir bahwa ular itu kalau jalannya nanti sangat cepat dan masuk ke semak rumah kosong di sebelah rumah kami, maka suatu saat dia bisa masuk lagi.

Suami memukul bagian kepala ular, tapi ular itu tetap bergerak. Bahkan ketika dikeluarkan di depan pagar, dia berjalan cepat sekali. Saya ambil sapu dari suami, saya pukul kepala ular itu sampai 3 kali sambil terus berucap Bismillah, Ya Allah, dengan suara bergetar.

Suami memastikan ular tersebut telah mati. Katanya kepalanya sudah gepeng dan mengeluarkan cairan. Karena mata saya minus 5, saya tidak bisa melihat hal tersebut. Ular itu kemudian dibuang ke hutan di sebelah rumah kami.

Di komplek kami memang sering terlihat ular. Rumah tetangga sampai 3 kali didatangi ular, 2 hari lalu bapak-bapak kerja bakti juga menemukan ular yang sama persis.

 Saya masih gemetar bukan karena melihat atau berhadapan dengan ularnya, Insya Allah saya berani. Tetapi mengingat tadi kami selama setengah jam lebih di area tersebut, dan kami tidak tahu sejak kapan ular itu ada disitu. Bahkan salah satu dari kami menyenggol pot tersebut dan daunnya terinjak injak. Suami juga mengangkat pot tersebut serta memegang daunnya.

Saya hanya bisa membayangkan ular itu hanya diam saja melihat kami. Semua karena perlindunganNya. Tidak ada suatu kejadian tanpa ijinNya. Allah SWT yang membuat ular itu tetap diam di tempatnya. Allah SWT yang berkuasa atas segala sesuatunya. Allah Maha Besar. Allahu Akbar.

Saya sangat bersyukur. "Kita diingatkan lagi ya, Yah. Siapa kita? Hanya manusia yang tidak tahu apa-apa. Bahkan tidak tahu ada bahaya di samping kita."
Menjadi bahan renungan saya lagi, bahwa kita ini lemah. Manusia yang tidak tahu apa-apa. Tidak tahu apa yang terjadi esok hari. Maka kesombongan tidak ada gunanya.

Sayapun masuk rumah dan sudah tenang, lalu saya mencari informasi tentang ular tersebut dan tentang hukum Islam membunuh ular.
Dari sumber : http://fansreptiles.blogspot.co.id/…/pets-baru-ular-hijau-e…
Saya mendapatkan informasi bahwa Ular jenis sering dijumpai di dasar hutan, ranting pohon dan bambu, termasuk jenis  ular yang agresif jika terancam atau didekati. Mencari makan berupa serangga, katak, burung dan mamalia kecil lainnya.

Cirinya seluruh tubuh berwarna hijau pupus dengan bentuk kepala segitiga dan memiliki ekor berwarna merah tua. Ukuran panjang mencapai 104cm dengan diameter tubuh lebih kurang 2,5cm.
Walaupun memiliki ukuran tubuh yang kecil, jenis ular ini sangat berbahaya. jenis ular ini memiliki racun yang mengandung Hemotoksin sehingga dapat merusak peredaran darah manusia, apabila tergigit dan tidak segera diobati dapat mengakibatkan kematian.

Dari sumber : https://assiwak.wordpress.com/…/fiqih-ular-hukum-hukum-sya…/
Dijelaskan bahwa secara umum ular adalah binatang yang diperintahkan untuk dibunuh berdasarkan riwayat Ibnu Umar ra. Beliau mendengar Nabi Muhammad SAW diatas mimbar bersabda : "Bunuhlah ular." (HR Muslim 2223).
Rasulullah SAW juga bersabda : "Ada lima jenis binatang fasik yang boleh dibunuh baik di tanah haram ataupun di luar tanah haram: Ular, gagak yang di punggung atau perutnya ada warna putih, tikus, anjing gila, dan elang." (HR Muslim ; 1198).

Semoga tidak terjadi lagi ada ular yang nyasar masuk ke taman rumah kami. Amin.

Serunya Menjadi Ibu Dua Anak




Sering saya harus berteriak, dari dapur, dari halaman, dan dari kamar mandi karena beberapa kejadian tidak terlihat oleh mata saya sendiri. "Ada apa lagi?" "Apa itu yaa?" "Kenapa lagi?" "Ilham, adiknya diapain?" atau "Ilma, itu mainannya kakak, jangan dirusak (seringnya legonya Ilham dibongkar sama Ilma)."

Sering pula saya memperhatikan mereka dari jauh sambil senyum2. Kakak beradik yang saling usil dan saling sayang. Ilham Ilma anak-anakku tercinta.

Kalau Ilma tiba-tiba nangis, pasti entah kepalanya, punggungnya, tangannya, diketuk atau diremas sama kakaknya. Alasannya, "Aku kan gemes, Mi."

Kalau Ilham tiba-tiba teriak, disusul Ilma juga teriak, itu mereka sedang berebut mainan. Kakaknya dengan susah payah bikin robot, pesawat, kereta, dinosaurus, adiknya berambisi untuk membongkarnya.

Kalau mereka tertawa berdua, jelas mereka sedang akur. Hehe. Ilham beraksi (entah menari, bernyanyi, menjatuh-jatuhkan diri pura-pura kepleset) supaya adiknya tertawa. Atau Ilma 'geli' mengikuti yang diajarkan kakaknya. Geleng-geleng, manggut-manggut, sampai cari-ari upil.

Yang bikin maknyess itu, mereka duduk berdua. Kakaknya merangkul adiknya. Bilang : "Kakak disayang, Ma."
Ilma menyayang kakaknya dengan mencium tapi tidak kena.
Ilham : "Gini lho,Ma. Lalu dia pegangi kepala adiknya, ditempelkan ke pipinya."

Dan yang bikin saya tertawa, kalau adiknya nangis karena saya. "Mi..Mi. Adikku diapain lagi tho, Mi? Itukan adikku. Dijagain tho, Mi. Jangan dibikin nangis."
Laahhh padahal sering dia yg bikin nangis adiknya.


Jangan Menebar Kebencian

Ketika semua yang berkaitan denganmu berjalan dengan baik dan kau dilimpahi kasih sayang oleh sekelilingmu.

Ketika KESEHATAN berpihak padamu, pada anakmu, istri atau suamimu, orang tua dan mertuamu, serta pada orang-orang yang kau kasihi.

Ketika kau, istri atau suamimu dimudahkan untuk mencari rizki-Nya. Usaha atau pekerjaanmu berjalan dengan baik, EKONOMI mu pada posisi aman. Kebutuhan pokok tercukupi, bahkan yang sekunder dan tersier kau dapati.

Ketika kau bisa membahagiakan kedua orang tua dan mertuamu. Baik dari membantu mencukupi kebutuhan mereka, atau mereka sudah cukup dan tak perlu kau bantu. Atau saat mereka sudah bahagia ketika kau berkunjung membawa cucunya.

Ketika kau bahagia dengan semua itu sehingga membuatmu dapat tidur dengan nyaman dan bangun dengan penuh optimisme, bahkan kau punya waktu untuk PIKNIK.

Ketika imanmu kokoh. Kau dengan baik menjalankan perintah TUHANmu dan hanya diuji dengan kemalasanmu.

Maka bersyukurlah sebanyak-banyaknya. Karena imanmu tidak diuji dengan buruknya kesehatan, keuangan, dan kebencian dari sekelilingmu.
Jika bicara tentang iman, kau yang hidupnya nyaris sempurna dan beriman belum tentu lebih baik dari mereka yang hidupnya penuh perjuangan dan tetap beriman.

Maka kelegaan dan kelonggaran hati dan pikiranmu jangan kau isi dengan menebar kebencian yang akan merusak dirimu.

Jangan kau gunakan untuk selalu berpikiran negatif pada orang lain.

Jangan kau gunakan untuk mengkafir-kafirkan atau memunafik-munafikkan sesamamu.

Beruntunglah dengan kelegaan dan kelonggaran hati dan pikiran yang kau punya. Karena diluar sana banyak sekali orang yang pikirannya sudah penuh dengan beban hidup, sehingga dia tidak sempat memikirkan hidup orang lain.

Semoga kepandaianmu, kelegaan dan kelonggaran hati dan pikiranmu bisa kau salurkan pada hal lain yang lebih nyata dari sekedar kau membela kebenaran yang kau yakini lewat dunia maya.

Lihat lagi sekelilingmu. Coba cari lagi. Apakah semua berjalan dengan baik seperti yang kau tahu? Mungkin saja, anak dari pamanmu, anak dari tetanggamu, tempo hari menangis karena nyaris tidak bisa ikut ujian karena orang tuanya belum bisa membayar SPP yang tertunggak sekian bulan.
Coba, cari lagi. Lihat lagi.


Akhirnya Anakku Berhenti Ngedot Juga


Lebih dari 1000 malam setiap 2 jam sekali Mamimu ini bangun untuk membuatkanmu susu. Bahkan pernah 1 jam sekali. Sama saja tidak tidur, sayang. Tapi itu tidak menjadi beban.
Mami justru terkadang mengeluh karena harus berkali-kali mencuci dan merebus botolmu. Malam hari dengan terkantuk-kantuk harus mencuci botol kesayanganmu yang jumlahnya ada 5 seperti balon.

Ketika kemampuan makanmu (menggigit dan mengunyah) meningkat pesat, dan makanmu mulai banyak di usiamu yang ketiga, minum susumu tidak berkurang juga.
Bangun tidur langsung minta susu, capek bermain dan haus minta susu, malam haripun masih dengan kebiasaan minum susu 2 jam sekali.

Mami mulai berpikir bahwa kamu sudah kecanduan susu, sayang. Ketika bosan bermain, bosan nonton tv, tidak ada kegiatan, pelarianmu adalah susu. Ketika haus dan Mami memintamu untuk minum air putih kamu tidak mau, kamu menangis minta susu.

Tapi, betulkah karena susu? Jika iya, harusnya minum susu dengan gelas tidak apa-apa kan? Tapi kamu tidak mau. Ternyata oh ternyata kamu tidak bisa lepas dari dotmu. Baru bisa tidur jika ngedot. Dot yang terus kamu gigit hingga sobek. Mami sudah ganti berapa kali ya? Eh kamu gigitin terus.
Terakhir mami sisakan 1 dot saja dan itupun mami gunting karena sudah sobek parah. Supaya kamu bisa berhenti ngedot. Tapi itu tidak berhasil juga.

Mami mulai tega bilang tidak saat kamu minta susu. Karena sebenarnya kamu sudah kenyang & cuma butuh air putih. Mami mulai mengatur jadwal minum susumu, saat adzan baru boleh minum susu. Awalnya kamu terus merengek, tapi akhirnya berhasil juga. Meski waktu tidur malam masih sama minum susunya.

Sampai terjadilah gusimu bengkak (sebelumnya belum pernah) dan mengeluh sakit setelah makan semangka, itu 27 Oktober. Mami lalu bilang : "Karena gusimu sakit, Ilham harus minum pakai gelas dan sedotan. Nggak bisa pakai dot, nanti malah tambah sakit." dan kamupun menurut. Esoknya gusimu sudah sembuh & sampai sekarang tidak pernah sakit lagi.

 Sudah lebih dari 1 bulan mami ucapkan selamat tinggal pada botol dan dotmu. Selamat tinggal cuci-cuci dan rebus botol. Berkurang satu pekerjaan mami, hehe dan kamupun minum susu kini hanya 4kali dalam sehari. Bangun tidur, sore hari, sebelum tidur, dan pukul 01.00 dini hari. Selamat ya Ilham Tangguh Dipantara, kan tahun depan sudah TK.

Mengajarkan Anak Gemar Menulis Melalui Surat, Terinspirasi dari Roald Dahl


Mungkin ini juga bisa diberlakukan untuk Ilham-anak saya kalau sudah bisa menulis, yaitu membuat surat untuk mami dan ayahnya satu surat dalam seminggu. Seperti yang dilakukan Roald Dahl seorang pensiunan tentara dan penulis banyak buku anak-anak yang beberapa diantaranya sudah difilmkan. Yaitu Mathilda, Charlie and the Chocolate Factory, Mr.Fox, dan yang terbaru the BFG (Raksasa Besar yang Baik). Yang terakhir ini saya belum nonton.

Di umurnya yang ke Sembilan, Roald Dahl bersekolah di Asrama. Setiap Minggu pagi dia dan murid lainnya diwajibkan menulis surat yang akan dikirim kepada orang tua masing-masing. Di sekolahnya, menulis surat adalah hal yang penting. Karena dengan menulis surat, para murid sama dengan belajar mengeja dan memberi tanda baca yang kemudian dikoreksi oleh gurunya.


Saya ingin Ilham juga begitu, menulis surat yang berisi cerita apa saja yang dia lakukan atau alami selama seminggu. Cerita di Sekolah, di tempat Mengaji, atau dengan teman-teman bermainnya di rumah. Dengan begitu dia bisa belajar menulis dengan baik (karena nanti tugas ayahnya untuk mengoreksi tulisan anaknya, dari ejaannya, bahasanya, dll) hihi.

Diharapkan juga Ilham terbiasa menuangkan dan menceritakan apa yang ada di pikirannya dengan baik dan bebas. Atau menulis tentang isi buku yang sudah dia baca dalam seminggu. Saya ingin Ilham menjadi anak yang suka membaca. Membaca memberi banyak pengetahuan, memberikan banyak informasi dan referensi. Kelak diharapkan dia tidak dengan mudah menerima dan mengamini serta menyebarkan berita yang sepotong-sepotong dari sosial media atau dari lainnya.

Kita bisa jadi orang pandai tapi mungkin belum mampu jadi bijaksana jika tidak banyak membaca. Jangan seperti Maminya, tidak banyak yang saya ketahui, tapi paling tidak saya tidak ikut-ikutan menyebarkan berita yang belum tentu benar atau berisi kebencian.

Menulis surat sekarang menjadi hal langka. Dan yang langka itu menarik. Seperti yang dilakukan ibu dari Roald Dahl yang menyimpan surat anaknya dari 1925 hingga 1945. Dan pada saat ibunya meninggal dunia pada 1967, Roald Dahl baru mengetahui bahwa ibunya menyimpan surat-suratnya yang berjumlah lebih dari 600 surat. Bukankah itu menarik?

Ilham boleh jadi apa saja yang ia suka, dan tentu menyenangkan jika ia pun bisa menulis hal-hal yang dapat menginspirasi atau mengILHAMi orang banyak. Seperti Roald Dahl, seorang pensiunan tentara yang menulis buku anak-anak yang seru dan memberi pesan moral yang baik.

Jumat, 30 Desember 2016

Setelah Hari Ibu

"Semarah apapun Uning sama Ibu, tidak bisa dihilangkan itu adalah Ibumu yang melahirkanmu. Kalau tidak ada Ibu ya tidak ada kamu. Harus tetap hormat dan mendoakan. Kalau tidak suka sampaikan dengan cara yang baik." begitu pesan Bapak.

Hubungan saya dengan Ibu tidak romantis, tidak mulus. Kami sering berselisih, berbeda dalam menyikapi beberapa hal.

Salah satunya ketika lulus SMP saya mendaftar ke SMA 3 Semarang. Ibu kaget dan menentang keputusan saya. "Disana itu tempat berkumpul anak-anak pintar se-Semarang. Nanti kalau kamu tidak bisa mengikuti bagaimana?" kata Ibu. Bagi saya itu menghancurkan harapan saya, saya diminta menyerah sebelum mencoba. Dan itu berarti Ibu tidak mempercayai kemampuan saya-anaknya. Tapi mungkin bagi Ibu sebenarnya tidak ingin saya stres jika tidak bisa mengikuti pelajaran di sana. Saya memang sempat stres di awalnya. Untuk yang satu ini yang terjadi adalah saya masuk SMA 3 Semarang, dan dengan tertatih-tatih saya bisa lulus.

Andai saya mengikuti kata Ibu, andai saya menyerah sebelum mencoba maka mungkin jalan hidup saya akan berbeda. Mungkin saya tidak bertemu dengan sahabat-sahabat saya "Angels", saya tidak bertemu dengan kawan-kawan saya yang baik hatinya di "KS 149" dan mungkin jodoh saya tetap Pak Arif Koes tapi bertemunya di lain tempat. Yang ini ngeyel meski tidak satu sekolah harus tetap berjodoh :)

Hal-hal lain terkadang membuat saya berpikir bahwa Ibu bukanlah yang terbaik. Dan mungkin Ibu saya berpikir bahwa saya adalah anaknya yang paling keras kepala.

Jangan tanyakan kenapa hal itu bisa terjadi? Kenapa tidak bisa romantis dan syahdu hubungan Ibu dan Anak ini? Banyak hal yang terjadi dalam hidup, suka duka dan dramanya tidak bisa diceritakan secara khusus. Semua adalah perjalanan yang panjang dan proses belajar.

Bersyukurlah jika hubunganmu dengan Ibumu sempurna dan baik-baik saja. Namun, setelah melewati ujian panjang yang penuh drama hubungan saya dengan Ibu menjadi semakin baik, bagi saya itu Luar Biasa.

Sekarang saya adalah Ibu dari dua anak. Saya sadar betul saya jauh dari kesan Ibu yang baik. Jadi mungkin suatu waktu Ilham Ilma akan berpikir bahwa saya bukan Ibu yang hebat. Saya bukan Ibu yang bisa mereka banggakan. Saya bukan Ibu yang terbaik. Tapi semoga mereka tidak punya alasan untuk berpikir demikian di kemudian hari karena saya akan terus memperbaiki diri.

 Ilham Ilma tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi Ibu mereka. Mereka mungkin lebih bahagia jika Ibunya bukan saya. Tapi inilah kehendakNya. Saya adalah Ibunya. Saya yang melahirkan dan diberi tanggung jawab untuk merawat mereka. Saya dengan segala kekurangan saya. Jika kelak Ilham

Ilma merasakan bahwa saya bukan Ibu yang hebat, bukan Ibu yang membanggakan, dan bukan Ibu yang terbaik maka sepertinya ini yang ingin saya sampaikan pada mereka ; "Bahwa tidak dapat dihilangkan dari darahmu bahwa Mami adalah Ibumu. Semua karena kehendak Allah SWT kalian terlahir dari rahim Mami. Semua atas ijinNya bahwa Mami yang penuh kekurangan ini dipercaya untuk merawat kalian. Maka bersabarlah pada Mamimu ini. Ini adalah ujian kalian." dan tentu akan saya sampaikan bahwa saya sangat mencintai mereka.


Bukankah tidak ada yang sempurna? Bukankah semua Ibu tidak mungkin jadi sempurna? Dan bukankah hubungan Ibu dan Anak kadang tidak harmonis adalah sangat manusiawi?

Bantul, setelah hari Ibu.