Jumat, 30 Desember 2016

Setelah Hari Ibu

"Semarah apapun Uning sama Ibu, tidak bisa dihilangkan itu adalah Ibumu yang melahirkanmu. Kalau tidak ada Ibu ya tidak ada kamu. Harus tetap hormat dan mendoakan. Kalau tidak suka sampaikan dengan cara yang baik." begitu pesan Bapak.

Hubungan saya dengan Ibu tidak romantis, tidak mulus. Kami sering berselisih, berbeda dalam menyikapi beberapa hal.

Salah satunya ketika lulus SMP saya mendaftar ke SMA 3 Semarang. Ibu kaget dan menentang keputusan saya. "Disana itu tempat berkumpul anak-anak pintar se-Semarang. Nanti kalau kamu tidak bisa mengikuti bagaimana?" kata Ibu. Bagi saya itu menghancurkan harapan saya, saya diminta menyerah sebelum mencoba. Dan itu berarti Ibu tidak mempercayai kemampuan saya-anaknya. Tapi mungkin bagi Ibu sebenarnya tidak ingin saya stres jika tidak bisa mengikuti pelajaran di sana. Saya memang sempat stres di awalnya. Untuk yang satu ini yang terjadi adalah saya masuk SMA 3 Semarang, dan dengan tertatih-tatih saya bisa lulus.

Andai saya mengikuti kata Ibu, andai saya menyerah sebelum mencoba maka mungkin jalan hidup saya akan berbeda. Mungkin saya tidak bertemu dengan sahabat-sahabat saya "Angels", saya tidak bertemu dengan kawan-kawan saya yang baik hatinya di "KS 149" dan mungkin jodoh saya tetap Pak Arif Koes tapi bertemunya di lain tempat. Yang ini ngeyel meski tidak satu sekolah harus tetap berjodoh :)

Hal-hal lain terkadang membuat saya berpikir bahwa Ibu bukanlah yang terbaik. Dan mungkin Ibu saya berpikir bahwa saya adalah anaknya yang paling keras kepala.

Jangan tanyakan kenapa hal itu bisa terjadi? Kenapa tidak bisa romantis dan syahdu hubungan Ibu dan Anak ini? Banyak hal yang terjadi dalam hidup, suka duka dan dramanya tidak bisa diceritakan secara khusus. Semua adalah perjalanan yang panjang dan proses belajar.

Bersyukurlah jika hubunganmu dengan Ibumu sempurna dan baik-baik saja. Namun, setelah melewati ujian panjang yang penuh drama hubungan saya dengan Ibu menjadi semakin baik, bagi saya itu Luar Biasa.

Sekarang saya adalah Ibu dari dua anak. Saya sadar betul saya jauh dari kesan Ibu yang baik. Jadi mungkin suatu waktu Ilham Ilma akan berpikir bahwa saya bukan Ibu yang hebat. Saya bukan Ibu yang bisa mereka banggakan. Saya bukan Ibu yang terbaik. Tapi semoga mereka tidak punya alasan untuk berpikir demikian di kemudian hari karena saya akan terus memperbaiki diri.

 Ilham Ilma tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi Ibu mereka. Mereka mungkin lebih bahagia jika Ibunya bukan saya. Tapi inilah kehendakNya. Saya adalah Ibunya. Saya yang melahirkan dan diberi tanggung jawab untuk merawat mereka. Saya dengan segala kekurangan saya. Jika kelak Ilham

Ilma merasakan bahwa saya bukan Ibu yang hebat, bukan Ibu yang membanggakan, dan bukan Ibu yang terbaik maka sepertinya ini yang ingin saya sampaikan pada mereka ; "Bahwa tidak dapat dihilangkan dari darahmu bahwa Mami adalah Ibumu. Semua karena kehendak Allah SWT kalian terlahir dari rahim Mami. Semua atas ijinNya bahwa Mami yang penuh kekurangan ini dipercaya untuk merawat kalian. Maka bersabarlah pada Mamimu ini. Ini adalah ujian kalian." dan tentu akan saya sampaikan bahwa saya sangat mencintai mereka.


Bukankah tidak ada yang sempurna? Bukankah semua Ibu tidak mungkin jadi sempurna? Dan bukankah hubungan Ibu dan Anak kadang tidak harmonis adalah sangat manusiawi?

Bantul, setelah hari Ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar