Sering saya
harus berteriak, dari dapur, dari halaman, dan dari kamar mandi karena beberapa
kejadian tidak terlihat oleh mata saya sendiri. "Ada apa lagi?"
"Apa itu yaa?" "Kenapa lagi?" "Ilham, adiknya
diapain?" atau "Ilma, itu mainannya kakak, jangan dirusak (seringnya
legonya Ilham dibongkar sama Ilma)."
Sering pula saya memperhatikan mereka dari jauh sambil senyum2. Kakak beradik yang saling usil dan saling sayang. Ilham Ilma anak-anakku tercinta.
Kalau Ilma tiba-tiba nangis, pasti entah kepalanya, punggungnya, tangannya, diketuk atau diremas sama kakaknya. Alasannya, "Aku kan gemes, Mi."
Sering pula saya memperhatikan mereka dari jauh sambil senyum2. Kakak beradik yang saling usil dan saling sayang. Ilham Ilma anak-anakku tercinta.
Kalau Ilma tiba-tiba nangis, pasti entah kepalanya, punggungnya, tangannya, diketuk atau diremas sama kakaknya. Alasannya, "Aku kan gemes, Mi."
Kalau Ilham
tiba-tiba teriak, disusul Ilma juga teriak, itu mereka sedang berebut mainan.
Kakaknya dengan susah payah bikin robot, pesawat, kereta, dinosaurus, adiknya
berambisi untuk membongkarnya.
Kalau mereka
tertawa berdua, jelas mereka sedang akur. Hehe. Ilham beraksi (entah menari,
bernyanyi, menjatuh-jatuhkan diri pura-pura kepleset) supaya adiknya tertawa.
Atau Ilma 'geli' mengikuti yang diajarkan kakaknya. Geleng-geleng,
manggut-manggut, sampai cari-ari upil.
Yang bikin
maknyess itu, mereka duduk berdua. Kakaknya merangkul adiknya. Bilang :
"Kakak disayang, Ma."
Ilma menyayang kakaknya dengan mencium tapi tidak kena.
Ilham : "Gini lho,Ma. Lalu dia pegangi kepala adiknya, ditempelkan ke pipinya."
Ilma menyayang kakaknya dengan mencium tapi tidak kena.
Ilham : "Gini lho,Ma. Lalu dia pegangi kepala adiknya, ditempelkan ke pipinya."
Dan yang bikin saya tertawa, kalau
adiknya nangis karena saya. "Mi..Mi. Adikku diapain lagi tho, Mi? Itukan
adikku. Dijagain tho, Mi. Jangan dibikin nangis."
Laahhh padahal sering dia yg bikin nangis adiknya.
Laahhh padahal sering dia yg bikin nangis adiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar