Jumat, 06 Januari 2017

Apa yang Membuat Hidup Layak Dijalani?


Buku ini ditulis oleh seorang dokter bedah saraf, Paul Kalanithi.
Telah menerima penghargaan tertinggi dari American Academy of Neurogical Surgery untuk riset. Karir dan masa depan yang cemerlang sebagai dokter bedah saraf tiba-tiba menguap setelah didiagnosa mengidap kanker paru-paru di usianya yang ke 36.

Dia lulus dari Universitas Stanford dengan gelar sarjana dan master Sastra Inggris dan sarjana dalam Biologi Manusia. Dia meraih gelar master dalam Sejarah dan Filsafat Sains dan Kedokteran dari Universitas Cambridge. Serta lulus cum laude dari Sekolah Kedokteran Yale.

Kecintaannya pada sains  bedah saraf dan sastra membuat buku ini komplit. Dia menceritakan hari-harinya sebagai dokter dengan jadwal kerja yang melelahkan. "Sebagai dokter residen, kami bekerja 100 jam dalam seminggu, peraturan resmi membatasi jam kerja kami hingga 88 jam dalam seminggu, tetapi selalu ada lebih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."

Juga tentang beban moral yang dia tanggung. Seperti melihat kasus yang tidak bisa dia selamatkan, harus menjelaskan kepada keluarga pasien dan menuntun mereka kepada langkah-langkah penyelamatan selanjutnya, serta menjaga hubungan emosional dengan pasiennya bukanlah hal
yang mudah dia lalui setiap hari.

Dia menceritakan dengan detail pasien-pasien dengan kasus yang tak terlupakan olehnya. Tentang apa yang dia temui selama lebih dari 10 tahun sebagai dokter. Saya terhanyut akan ceritanya, dan semakin menghargai pekerjaan seorang dokter. Sungguh, dia telah menyelamatkan banyak orang.

"Aku memulai karir ini, antara lain untuk memburu kematian : untuk meraihnya, membuka selubungnya, dan melihatnya secara langsung, tanpa berkedip. Bedah saraf memikatku karena menyangkut saling terjalinnya otak dan kesadaran, dan juga saling terjalinnya kehidupan dan kematian."

Perjuangan Paul memaknai hidup dan mati dimulai saat dia menderita kanker paru-paru. Dari seorang dokter sekaligus menjadi pasien. Dia harus menjalani serangkaian terapi yang dulu dia sarankan kepada pasiennya.

Masa depannya menjadi samar dengan sisa umur yang bisa datang sangat cepat. Paul harus menentukan mau melakukan apa, tetap menjadi seorang dokter bedah saraf, menjadi seorang ayah dari bayi yang sedang dikandung istrinya, menjadi penulis atau pengajar?

Perjuangan menghadapi sakitnya sangat menyentuh. "Paul menghadapi kematian-menelitinya, bergulat dengannya, dan pasrah menerimanya sebagai dokter dan pasien. Dia ingin membantu orang-orang memahami kematian dan menghadapi mortalitas mereka."

Halaman 204-205 saya mulai menitikkan airmata. Halaman 206-209 saya terisak isak. Buku ini sangat menginspirasi.

Sumber buku : WHEN BREATH BECOMES AIR
                         Apa Yang Membuat Hidup Layak Dijalani?
 Penulis : Paul Kalanithi
 Penerbit : Bentang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar