Rabu, 04 Januari 2017

Secangkir Kopi untuk Awali Hari

Kami sekeluarga masuk rumah pukul 12 malam, setelah 3 hari 2 malam keluar kota menemani ayah bekerja. Sejak kejadian Ayah jatuh di gua 4,5 bulan lalu, saya jadi tidak tenang kalau ditinggal luar kota. Saya masih trauma.

Mungkin beberapa bulan lagi kalau trauma ini sudah hilang maka tidak perlu lagi ikut ayah keluar kota. Karena sebenarnya ayah sudah bisa mengurus dirinya sendiri.

Tapi untuk saat ini daripada di rumah kepikiran sehingga tidak bisa urus anak dan rumah dengan baik, maka saya memutuskan untuk ikut. Meski bakal capek, saya siap menjalani. Dan tidak mungkin pergi tanpa anak-anak. Maka mereka juga ikut. Alhamdulillah Allah selalu memberi kami kesehatan.

Ayah tetap lincah dengan keterbatasannya yang masih sering berat nafasnya dan kencang-kencang punggungnya. Saya dan anak-anakpun tetap ceria meski capek perjalanan jauh.

Sesampai di rumah dan selesai bersih-bersih diri, kini waktunya untuk tidur. Ayah tidur di kasur atas. Ilma dan saya di kasur bawah. Sedangkan ilham tidur di kamar belakang dengan neneknya.

Ketika Ayah & Ilma sudah tidur, Ilham tergopoh-gopoh masuk kamar. Bilang kalau tidak bisa tidur, pengen tidur sama mami. "Ilham malah gerak-gerak terus di kamarnya nenek" begitu katanya.

Kalau Ilham tidur dengan Ayah, resikonya punggung/perut Ayah ditendang Ilham. Ya sudah, Ilham tidur dengan Ilma. Tapi saya harus terjaga, karena takut Ilma juga kena tendang Ilham.

Sampai pukul 3 pagi ini saya belum tidur. Padahal besok pagi jadwal padat merayap. Salah satunya mesti antar Ilham sekolah, karena dari hari pertama masuk sekolah dia sudah bolos.

Beginilah jadi Ibu, yang lain sudah tidur eh kita masih terjaga. Hikmahnya bisa internetan sepuasnya.
Besok saya cuma butuh secangkir kopi hangat. Bukan supaya tidak mengantuk, karena manfaat kopi buat saya hanya satu. Yaitu membuat lebih tenang dan rileks. Setelah itu saya siap mengerjakan apapun.


Juli 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar