Minggu, 01 Januari 2017

Ilham Baru Saja Mengenal Nabi Nuh


Ilham suka sekali mendengarkan cerita.  Satu judul cerita pasti minta diulang sampai berkali-kali. Mendengarkan ceritapun tidak mengenal waktu. Tidak hanya sebelum tidur di malam hari, sebelum tidur siang, atau jika dia sudah lelah bermain maka dia akan mendekati Ayahnya, saya, Nenek, atau Yangndutnya dan minta diceritakan atau dibacakan buku.

Ayah sering bercerita dari buku kumpulan dongeng karya Grimm Bersaudara atau dari koleksi buku-buku Ilham yang ada di rak. Nenek sering bercerita tentang Kancil yang tayang di televisi. Meski sudah nonton di tv, Ilham masih mau mendengarkan Nenek bercerita Kancil. Kalau Yangndutnya sering bercerita tentang Upin dan Ipin.

Lalu kemarin Sabtu, ketika hujan turun dari pukul 03.00 dini hari dan belum berhenti pada pukul 10.00 pagi, Ilham mendekati saya. “MI, cerita Mi.” Dia mulai bosan dengan mainannya. Sedangkan untuk bermain di teras udaranya sangat dingin.

Beberapa hari lalu saya bercerita tentang kurcaci baik dan nakal. Satu berjudul ‘Kurcaci dan Pembuat Sepatu’. Satunya lagi berjudul ‘Putri Salju dan Mawar Merah’ tentang dua kakak beradik, beruang jelmaan pangeran, dan kurcaci nakal pencuri harta. Kedua cerita itu karya Grimm Bersaudara.

Saya sudah mengulanginya berhari-hari kemudian. Saya bosan jika bercerita itu lagi. Lalu saya terpikir bagaimana jika bercerita tentang Nabi? Ilham hampir 4 tahun, mungkin sudah saatnya mengenal Nabi-nabinya. Bukunya tentang Nabi Yunus a.s belum saya bacakan. Dan saya terpikir untuk bercerita tentang Nabi Nuh a.s terlebih dahulu.

Saya selalu mengawali dengan ‘pada jaman dahulu’. “Pada jaman dahulu, ada seorang Nabi bernama Nabi Nuh,”  kata saya. Ilham langsung bertanya : “Nabi itu apa, Mi?” “Nabi itu utusan Allah, kesayangan Allah.”

Mata Ilham melebar. Ini cerita baru untukku--mungkin itu batinnya. Wajahnya mulai serius.

Saya bercerita dengan bahasa yang sederhana supaya Ilham dapat memahami sesuai umurnya. “Nabi itu orang yang baik, mengajarkan yang baik-baik seperti sholat dan mengaji.” Meskipun pada  masa Nabi Nuh belum turun perintah sholat namun saya tambahkan tentang itu.

Tetapi orang-orang tidak mendengarkan Nabi. Terus Nabi diberitahu Allah untuk membuat kapal yang besar. Kapalnya dari pohon, pohonnya dipotong-potong jadi kayu, dan kayunya dipaku-paku jadi kapal. Karena nanti akan turun hujan deras dan akan jadi banjir besar.”

“Hujannya seperti ini, Mi?” tanya Ilham.

“Bukan, lebih besar lagi,” jawab saya.

“Kapalnya seperti Upin Ipin?”

“Bukan, lebih besar lagi. Karena semua binatang bisa masuk. Kucing jantan dan betina, anjing, harimau, kuda, dan lain-lain. Jantan itu cowok, betina itu cewek. Dan binatang-binatang itu nggak berantem di kapal.”

“Ooooo.”

Saya melanjutkan, “Nabi bilang kepada orang-orang aatau tetangganya itu, mereka boleh ikut naik kapal tapi harus rajin sholat dan mengaji. Tapi orang-orang itu tidak mau. Mereka bilang nabi bohong. Mana mungkin ada banjir besar.”

“Lalu tiba-tiba hujan turun deras sekali. Nabi dan anak-anaknya naik kapal dan pintunya ditutup. Airnya semakin naik sampai genting, sampai bukit, sampai gunung, terus orang-orang itu tenggelam.”

“Mati, Mi?” tanya Ilham, tiba-tiba.

“Mmm... Iya.” Saya sebenarnya aneh mendengar anak kecil bilang ‘mati’ tapi memang begitu ceritanya.

Ilham tahu kata ‘mati’ memang dari kami, ketika kami bilang kupu-kupu, laron, belalang sudah mati. Lalu sekarang dia menyebut kata itu saya jadi aneh. Mmm, sudah saatnya belum ya bercerita tentang ini pada Ilham?

Lalu saya melanjutkan, “Terus airnya semakin turun. Nabi Nuh, Ibu Nuh, anak-anaknya dan binatang-binatang semua selamat. Begitu, Ham. Ilham juga harus jadi anak yang baik. Sholat di Mushola nggak boleh lari-lari.”

Ilham  tersenyum. “Cerita lagi, Mi. Nabi Nuh lagi. Sampai tiga, Mi.” Dia minta diulang-ulang lagi. Hehe.

Maghrib tiba, seperti biasa Ilham ikut ke Mushola dengan Kakung dan Ayahnya. “Mi, aku sholat dulu ya.”

“Iya, jadi anak baik ya seperti Nabi Nuh. Sholat yang baik. Jangan lari-larian.”

“Iya, Mi.”

Pulang dari Mushola saya tanya ayahnya, Ilham usil lagi nggak Yah? Kata Ayah sudah tidak usil. Sudah anteng. Lalu sholat isya juga tidak sambil bercanda dan mengganggu temannya.

Ternyata efek bercerita bagus untuk anak-anak kita ya. Ilham suka, Ilham mendengarkan, dan Ilham mengikuti.

Masih banyak kisah Nabi lainnya siap untuk diceritakan kepada Ilham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar